Pemerintah berencana akan menurunkan harga gas sektor perindustrian
dan perdagangan guna mendorong investasi di tengah kondisi perekonomian
yang masih melambat.
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said
kepada awak media menyatakan bahwa penurunan harga gas dapat berdampak
pada penurunan tariff listrik, karena sejumlah pembangkit PT Pembangkit
Listrik Negara (PLN) menggunakan bahan bakar gas untuk memproduksi
listrik.
Namun rencana tersebut menjadi sentimen negatif bagi PT Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) di pasar modal. Hal tersebut dapat
dilihat dari penurunan harga saham PGAS yang anjlok hingga 10,5 persen
menjadi Rp2.490 jika dibandingkan harga penutupan sebelumnya yang masih
berada di level Rp2.800 pada pukul 10.15 hari ini.
Penurunan harga saham PGAS juga didorong oleh sejumlah broker yang
melakukan aksi jual dalam jumlah besar. Diantaranya Mandiri Sekuritas
(CC) yang melepas hampir 90 ribu lot saham PGAS dengan nilai transaksi
mencapai Rp22,8 miliar atau setara dengan 17 persen seluruh transaksi
PGAS pagi ini yang telah mencapai Rp 134,1 miliar
Selain CC, Macquarie Capital (RX) juga tercatat sebagai penjual
terbesar saham PGAS dengan nilai transaksi yang mencapai Rp17,5 miliar
dari 69 ribu lot dengan harga rata-rata Rp2.527.
Sebelumnya Analis Macquarie pada tanggal 2 Sepetmeber 2015 telah
menurunkan target harga saham PGAS dari Rp3.000 menjadi hanya Rp2.500.
Seperti dalam laporan yang disampaikan kepada nasabah menyoroti
investasi PGAS di investasi hulu yang mendorong kenaikan utang menjadi
sekitar US$1,4 miliar per akhir Juni 2015 dari sekitar US$1 miliar per
akhir Maret 2015.
Sementara aset yang dibeli PGAS seperti blok Pangkah lebih dari US$1
miliar dinilai mahal menurut perhitungan Macquarie seperti dikutip dalam
laporannya. Selain itu juga banyak investasi pada hulu gas tetapi tidak
terintegrasi langsung dengan jaringan PGAS yang sebelumnya.
No comments:
Post a Comment